Jumat, 09 Mei 2014

Tauladanku : Sri Sultan Hamengku Bhuwono IX (Tulisan 2)





Di era itu, sangat lazim apabila putra seorang pejabat atau bangsawan mendapatkan pendidikan yang tinggi. Banyak sekali tokoh-tokoh perjuangan yang terlahir dari para bangsawan karena privilege khusus ini. Diantara putra-putra bangsawan yang mendapatkan privilege tersebut ada yang memiliki visi dan misi untuk mendirikan Negara merderka, ada yang memiliki visi misi agar pribumi sejahtera dalam kepemimpinan Belanda dan ada pula yang pada dasarnya hanya menikmati privilege khusus tersebut untuk kenikmatan duniawi semata.

BRM Dorodjatoen terlahir dari Sri Sultan Hamengku Bhuwono VIII (SSHB VIII), seorang Sultan di era Pemerintahan Hindia Belanda. Barangkali beliau adalah salah satu dari putra bangsawan yang memiliki visi kemerdekaan, bahkan melampaui wilayah lokalitas daerahnya. Dilahirkan di kampong Sompilan, Ngasem, Yogyakarta. Pada saat itu, Paduka SSHB VIII memiliki pandangan yang maju untuk mencetak pangeran dan calon raja yang benar-benar memiliki kemandirian tinggi. Adalah beliau yang mengambil kebijakan untuk mendidik putra-putrinya agar terlepas dari kungkungan kenikmatan sebagai putra-putri bangsawan. Dorodjatoen kecil semenjak usia kanak-kanak dipisahkan dari lingkungan kraton untuk tinggal di rumah keluarga Belanda. Dalam prinsip SSHB VIII, seorang Dorodjatoen dituntut untuk mengenal kehidupan keluarga Belanda dan mengenal bangsa Belanda semenjak kecil.

Pada saat paduka SSHB VIII berkuasa, keraton memiliki kas yang penuh untuk menyekolahkan putra-putri hingga perguruan tinggi, termasuk BRM Dorodjatoen yang sempat mengenyam pendidikan di Universitas Leiden. Konon katanya, besarnya kas ini karena jasa Paduka Sri Sultan Hamengku Bhuwono VII yang pada saat itu dijuluki Sultan Sugih karena menyewakan tanah keraton bagi investor untuk perkebunan. Konteks sejarah pada saat itu adalah periode Politik Pintu Terbuka Belanda.

Pada saat SSHB VIII naik tahta, saat itu Pemerintah Belanda sedang menerapkan politik etis di Hindia Belanda. Salah satu dampak dari Politik Etis adalah banyaknya anak pribumi bangsawan yang sekolah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar