Rumah joglo di kawasan Maguwahorjo cukup banyak, namun rumah Joglo Maguwoharjo ini memiliki kekhususan karena kesejarahannya menjadi kantor kepala desa pertama Maguwoharjo.
Adalah R. Hardjo Supadmo yang semula menjadi jogoboyo di wilayah ini. Kurang jelas wilayah mana yang menjadi tanggungjawab kepala keamanan desa, namun di era perubahan sistem pemerintahan desa, beliau menjadi kepala desa pertama Maguwoharjo. Jaman dahulu kala, R. Hardjo Supadmo adalah seorang kepala desa yang sangat bijak dan adil. Beliau suka sekali blusukan ke wilayah desanya, bahkan ke desa sebelah. Di era revolusi kemerdekaan, wilayah maguwo sering menjadi sasaran pengeboman pesawat Belanda dan Jepang. Oleh karena itu, daerah tersebut banyak guwa perlindungan yang dibuat oleh Belanda maupun Jepang untuk berlindung dari pengeboman pesawat "curen". Hal ini dapat difahami, karena pada saat itu belum ada bom pintar yang mampu membidik musuh sebelum bom dijatuhkan. Kata Maguwo konon berasal dari kata "guwo" atau gua. Pada saat aku kecil dulu, daerah ini memang banyak guwanya, namun seiring dengan berdirinya perumahan penduduk, banyak sekali guwa yang dibongkar dan dijadikan rumah.
Joglo Maguwo ini terletak di Dusun Kembang utara Jalan Solo. Joglo ini sering digunakan untuk berbagai acara penduduk sekitar karena memang tidak dipungut biaya. Si peminjam cukup membersihkan joglo apabila telah selesai meminjam dan tidak merusak.
Ukuran pendopo beragam sesuai dengan jabatan dari si pemilik joglo. Hal ini disebabkan karena pendopo ini sebagai suatu tempat bertemu masyarakat. Semakin besar kewenangan sang pemilik dalam suatu wilayah, maka semakin besar pula ukuran pendopo. Pendopo ini merupakan salah satu contoh "pendopo ndeso" yang memiliki kekhasan dibandingkan pendopo yang berada di perkotaan yang biasanya dimiliki oleh pejabat maupun pengusaha.
Berbeda dengan joglo Kadisobo yang jaman dahulu dimiliki seorang bekel pada era feodalisme Ngayogyakarta Hadiningrat, dimana bekel berfungsi sebagai pengumpul hasil bumi, nampaknya joglo Maguwoharjo yang didirikan pada awal abad ke-20 ini sudah lebih "modern".
Berbeda dengan joglo Kadisobo yang jaman dahulu dimiliki seorang bekel pada era feodalisme Ngayogyakarta Hadiningrat, dimana bekel berfungsi sebagai pengumpul hasil bumi, nampaknya joglo Maguwoharjo yang didirikan pada awal abad ke-20 ini sudah lebih "modern".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar