Jumat, 09 Mei 2014

Tauladanku : Sri Sultan Hamengku Bhuwono IX (Tulisan 1)




Terlahir sebagai Bendoro Raden Mas Dorodjatoen, sosok yang satu ini sangat luar biasa. Keluarbiasaan ini dapat dilihat dari berbagai aspek, mulai dari kepribadian, pendidikan maupun kiprahnya bagi nusa dan bangsa ini. Beliau meninggal pada tanggal 1 Oktober 1988 di RS George Washington University Amerika Serikat pukul 04.30 waktu setempat. Seminggu kemudian, tepatnya 8 Oktober 1988, jenazah beliau dikebumikan di Astana Saptarengga, komplek pemakaman Raja Mataram di Imogiri, sekira 17 km selatan kota Yogyakarta.

Dibesarkan pada masa-masa pergerakan nasional bisa menjadikan seseorang sangat nasionalis, namun bisa juga menjadi sangat oportunis dan memihak Belanda. Beberapa tokoh dalam blantika sejarah perjuangan bangsa memperlihatkan bahwa orang-orang semacam ini berfikir diluar kotak dan gigih memperjuangkan prinsip dan pemikiran. Kita sebutkan Ir Soekarno, Muhammad Hatta, Mohammad Roem, dan masih banyak lagi tokoh-tokoh yang rela berkorban untuk nusa dan bangsa. Di sisi lain, tidak sedikit pula tokoh-tokoh Indonesia yang lebih memihak Belanda. Hal ini sah-sah saja karena tokoh yang “memihak” Belanda-pun memiliki argumennya sendiri mengapa mereka lebih memilih Nusantara ini berada di bawah panji-panji Belanda. 

Untuk menilai seorang tokoh, kita tidak dapat lepas dari konteks sejarah dimana ia dilahirkan. Konteks inilah yang dapat kita gunakan untuk menilai apakah seorang tokoh dapat dikatakan sebagai seorang tokoh yang benar-benar memiliki track record perjuangan ataukah hanya “digoreng” agar menjadi sebuah symbol.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar