Terlahir sebagai Bendoro Raden Mas Dorodjatoen,
sosok yang satu ini sangat luar biasa. Keluarbiasaan ini dapat dilihat dari
berbagai aspek, mulai dari kepribadian, pendidikan maupun kiprahnya bagi nusa
dan bangsa ini. Beliau meninggal pada tanggal 1 Oktober
1988 di RS George Washington University Amerika Serikat pukul 04.30 waktu
setempat. Seminggu kemudian, tepatnya 8 Oktober 1988, jenazah beliau
dikebumikan di Astana Saptarengga, komplek pemakaman Raja Mataram di Imogiri,
sekira 17 km selatan kota Yogyakarta.
Dibesarkan pada masa-masa pergerakan nasional
bisa menjadikan seseorang sangat nasionalis, namun bisa juga menjadi sangat
oportunis dan memihak Belanda. Beberapa tokoh dalam blantika sejarah perjuangan
bangsa memperlihatkan bahwa orang-orang semacam ini berfikir diluar kotak dan
gigih memperjuangkan prinsip dan pemikiran. Kita sebutkan Ir Soekarno, Muhammad
Hatta, Mohammad Roem, dan masih banyak lagi tokoh-tokoh yang rela berkorban
untuk nusa dan bangsa. Di sisi lain, tidak sedikit pula tokoh-tokoh Indonesia
yang lebih memihak Belanda. Hal ini sah-sah saja karena tokoh yang “memihak”
Belanda-pun memiliki argumennya sendiri mengapa mereka lebih memilih Nusantara
ini berada di bawah panji-panji Belanda.
Untuk menilai seorang tokoh, kita tidak dapat
lepas dari konteks sejarah dimana ia dilahirkan. Konteks inilah yang dapat kita
gunakan untuk menilai apakah seorang tokoh dapat dikatakan sebagai seorang
tokoh yang benar-benar memiliki track record perjuangan ataukah hanya
“digoreng” agar menjadi sebuah symbol.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar