Kamis, 08 Mei 2014

Hamemayu Hayuning Bhawana

Hamemayu Hayuning Bhawana sebuah kalimat dari serangkaian visi dan misi Ngayogyakarta Hadiningrat semenjak dulu kala.

Mengasah Mingising Budhi, Memasuh Malaning Bhumi, Hamemayu Hayuning Bhawana.

Mengasah mingising budhi, mengasah kepekaan dan kemunculan budhi. Akal budhi manusia atau akal yang diterangi merupakan landasan bagi semua sub-kreasi manusia di muka bhumi sebagai khalifatullah fil ardl. Dalam konteks ke-Jawa-an, seorang Sultan memiliki gelar :

Ngarso Dalem Sampeyan Dalem ingkang Sinuhun Kanjeng Sultan Hamengku Buwono Senopati-ing-Ngalogo Abdurrohman Sayidin Panatagama Khalifatullah ingkang Jumeneng Kaping ....... (sesuai dengan Sultan ke- berapa)


Dalam konteks Jogja, maka Sultan merupakan khalifah Allah di wilayah Jogjakarta, yang memiliki tugas sebagai penata agama (regulator) sebuah komunitas yang ada dalam lingkup tanggungjawabnya.

Memasuh Malaning Bhumi, bagaimana dalam wilayah kekuasaan menghilangkan malapetaka dan keburukan yang merupakan syarat dan prasyarat Hamemayu Hayuning Bhawana.

Hamemayu Hayuning Bhawana atau merupakan terjemahan dari Rahmatan lil alamin menuju suatu civil society yang baldatun thoyyibatun warabbun ghafur.

Dalam proses transformasi sebuah masyarakat, tentunya konteks ruang-waktu menjadi penting dalam menerjemahkan apa itu transformasi dalam bingkai NKRI dan dalam rentang waktu saat ini. Apakah transfromasi yang terjadi di Ngayogyakarta Hadinigrat masih dalam koridor visi dan misi tersebut ? Barangkali sebuah renaisance diperlukan dalam merevitalisasi dan mentransformasi budaya dan masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar